Implementasi Pendidikan Nilai Melalui Active-Learning dalam Tradisi Pondok Pesantren An-Nur
Abstract
Secara filosofis dan praktis, pendidikan nilai atau pendidikan karakter merupakan suatu proses pendidikan yang memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Maksudnya untuk menjawab permasalahan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter pada individu, tidak akan ditemukan jawaban yang sederhana. Setidaknya ada tiga aspek yang menimbulkan perdebatan filosofis dan pragmatis. Pertama, menyangkut "pendidikan" yang kompleks karena melibatkan banyak segmen yang satu sama lain terkait secara sistemik; kedua, menyangkut "nilai" yang bersifat kompleks karena menimbulkan perdebatan filosofis yang belum selesai; dan ketiga, menyangkut "kepribadian" yang kompleks yang merupakan subjek aktif yang memiliki kehendak dan memiliki kesanggupan menentukan pilihan oleh dirinya. Meskipun demikian, pendidikan karakter harus dilakukan, karena karakter terbentuk dari proses interaksi dengan lingkungan luar. Sedangkan kepribadian sebagai realitas yang kompleks keterbentukannya pada diri seseorang melibatkan banyak faktor penentu. Oleh karena itu, pengembangan metodologi dalam pendidikan karakter perlu dilakukan terus menerus, yaitu dengan cara mengembangkan pola-pola pembelajaran yang tepat dengan tujuan sejati dari pendidikan nilai, yaitu dalam rangka membentuk karakter. Pola yang sudah berjalan dalan tradisi pendidikan di pesantren barangkali dapat menjadi suatu alternatif ditengah tidak adanya model-model yang memadai dalam membentuk karakter yang dicita-citakan. Hal ini karena ternyata Pesantren memiliki sesuatu “kearifan lokal,” (genius loci) sendiri yang bertahan dan menunjukkan hasil yang relatif lebih baik, dalam pembinaan karakter dibanding sistem lain yang jelas telah gagal dalam membentuk karakter bangsa. Komponen struktural yang keempat inilah yang menjadi motor penggerak keseluruhan kegiatan edukatif di Pondok Pesantren an-Nur, di mana nilai "ta'abbudi" (ritualitas), menjadi nilai kepentingan bagi segala perencanaan, rekayasa, pengelolaan dan pelaksanaan proses pendidikan. Itulah yang disebut dengan “spiritual paedagogis,” suatu upaya mendidik (me”manusia”kan manusia) yang berbasis pada nilai spiritual religius dari setiap fihak yang terlibat di dalamnya.
Downloads
References
Anwar dan Matahari (2003), Peranan Pondok Pesantren Al-Basyariyyah dalam Mempersiapkan Santri Memiliki Daya Saing Tinggi pada Era Globaisasi. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan no.44-September 2003, Balitbang Dikdsmen, Depdiknas RI.
Aspin, D.N. & Chapman J.D. (2007). Values Education and Lifelong Learning:principles, policies, Programes. Dordrecht, The Netherlands: Springer.
Dhofir, Zamaksyari (1994), Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES.
Kuntowidjojo, (1988).Menuju Kemandirian Pesantren dan Pembangunan Desa Prisma 1, 1988.
Steenbrink, A.Karel, (1994), Pesantren, Madrasah, Sekolah: Recente ontwikkelingen in indonesisch islamondericht. (terjemahan Karel A. Steenbrink dan Abdurrahman, cet. Kedua, April 1994).
Zarkasyi, KH. A. Syukri (2005: ), Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta